Postingan

Menampilkan postingan dengan label kementerian kebudayaan ri

amp body













RUMAH KAFE JEMBER sejak 2015
Set On New Normal Certified Barista by BNSP LSP KI

KOPI yang baik adalah sehitam IBLIS, panas seperti NERAKA, semurni MALAIKAT, dan manis kaya KAMU

Karena KOPI kita bisa PINTAR

Kedai kecil serasa rumah sendiri, dikelola dengan senyum serta tawa juga dikawal barista tersertifikasi untuk ngopi, ngobrol atau membahas tentang apa saja

buka setiap hari mulai pk 18.00

DALAM PAHIT KOPI TERSELIP MANIS DAN RASA YANG LUAR BIASA
Temukan kami di Our Story | Instagram | Twitter | Facebook | Google | Maps | WAme

Sastra Menyapa Laut Kenduri Sastra Tepi Benua 2025 Dari Getem ke Puger, Gerbang Cerita Pesisir Selatan Telah Terbuka

Gambar
Sastra Menyapa Laut Kenduri Sastra Tepi Benua 2025 Dari Getem ke Puger, Gerbang Cerita Pesisir Selatan Telah Terbuka Di antara desir angin dan nyanyian gelombang, pesisir selatan Jember tak lagi sekadar garis pantai. Hari ini, Kenduri Sastra Tepi Benua 2025 resmi dimulai, membuka sebulan penuh perayaan sastra, ekspedisi cerita rakyat, dan pertunjukan lintas komunitas di Getem, Paseban, dan Kampung Nelayan Puger Wetan. Diselenggarakan oleh komunitas Srawung Sastra bersama mitra lokal dan akademisi Jember, Kenduri tahun ini mengusung tema “Petuah Ombak, Jejak Gelombang” — bukan sekadar slogan, melainkan kompas yang menuntun kita membaca ulang kearifan pesisir melalui puisi, cerita rakyat, dan karya visual. Sejatinya kami ingin menjadikan pesisir bukan hanya sebagai latar, tapi sebagai sumber narasi, suara, dan harapan,” ujar Gunawan Tri Pamungkas, Koordinator Program. Selama Oktober, Kenduri akan menghadirkan: - Ekspedisi cerita rakyat di lima desa pesisir - Diskusi sastra bersama nelaya...

Kenduri Sastra Tepi Benua 2025

Gambar
Kenduri Sastra Tepi Benua #1 KENDURI SASTRA TEPI BENUA --Program ini digelar oleh Srawung Sastra, mengambil lokasi di pesisir Jember Selatan: Tempurejo, Ambulu, Puger, hingga Kencong. Diskusi sastra menjelma seperti gelombang yang bersahutan; suara para penggerak berpadu, menghadirkan tafsir, membuka cakrawala. Workshop alih wahana sastra menjadi pelayaran baru—puisi berwujud musik, cerita beralih rupa menjadi film pendek, dan prosa menemukan tubuhnya dalam rupa gambar juga komik. Semua mengalir, seolah-olah kata tak lagi sekadar bunyi, melainkan arus yang menyeberangkan imajinasi ke pulau-pulau yang jauh. Apresiasi buku bacaan untuk para penggerak sastra di sanggar pedesaan adalah inti kenduri ini: lentera yang diserahkan kepada tangan-tangan muda, agar nyala literasi tak padam di jalan berdebu maupun di lorong nelayan. Dari desa, dari tepian benua, sastra bersemi—menjadi jembatan antara warisan leluhur dan masa depan. Maka, Kenduri Sastra Tepi Benua bukan sekadar acara, melainkan doa...